akmani legian hotel

akmanilegian.com

Sabtu, 05 April 2014

Seberapa Timurkah Kita??


Tiap kali saya membuka sosial media, lalu melihat berita yang sedikit ada unsur BB+ hal selanjutnya yang pasti akan saya temui adalah komentar-komentar pengguna socmed yang seakan menolak kehadiran berita seperti itu karena dianggap tidak sesuai budaya "timur".bahkan sering timbul opini bahwa budaya timur kita sedang tergerus budaya asing timbul pertanyaan di diri saya, seberapa timurkah kita?





disini saya mencoba menggali ketimuran kita lewat pemikiran sederhana seorang bartender muda,
pertama, jika ketimuran kita dilihat dari segi geografisnya yang artinya berada berdekatan dataran asia, buakankah hal itu menjadi sedikit agak lucu??
tahukah anda jarak tempuh dengan pesawat jakarta-jeddah adalah 9 jam, sedangkan jakarta-brisbane hanya memerlukan 4,5 jam??
dari segi ini saja indonesia jauh lebih dekat dengan australia dibanding timur tengah, tapi kenapa australia tidak dianggap sebagai negara timur tapi malah dicap sebagai negara barat? bukankah australia begitu dengan dengan dataran "timur"? entahlah....

jika ketimuran itu dinilai berdasarkan budaya, lalu seperti apakah budaya timur yang sejati itu sebenarnya?
ada baiknya kita telisik dari cara berpakaian, hal ini adalah hal paling lumrah yang menimbulkan perdebatan di kalangan penggiat ketimuran.
jika cara berbusana dianggap sangat tidak sopan karena mereka sering menggunakan pakaian yang agak terbuka serta nyeleneh, maka TAHUKAH ANDA KALAU CARA BERPAKAIAN "LELUHUR" KITA TIDAK JAUH BERBEDA??
sebagai contohnya saya akan ambil pakaian nasional untuk perempuan di indonesia yaitu kebaya . saat saya mengatakan kebaya hal apa yang terlintas di pikiran anda, sopan? feminim? timur banget? namun sdarkah anda kalau desain kebaya dari masa- kemasa ada 1 hal yang tidak berubah, yap anda benar, kebaya selalu memiliki bagian yang terbuka atau minimal transparan.

tentunya hal macam ini akan dianggap tidak sopan bagi sebagian besar masyarakat yang terlalu ketimuran,atau lebih tepatnya bingung membedakan budaya adat istiadat dengan agama, namun pada kenyataanya justru budaya kita juga telah mengaplikasikan hal seperti ini dari jaman nenek moyang kita dulu., yang artinya cara berpakaian seperti ini dulunya sama sekali tidak dianggap sebagai budaya barat atau budaya yang nyeleneh.

jika anda sekedar iseng bertanya pada masyarakat belahan bumi barat tentang ciri khas negara timur, sebagian besar dari mereka pasti akan menjawab budaya dan tradisinya, tapi seperti apakah tradisi bangsa timur yang sebenarnya?
bangsa timur sangat identik dengan negara-negara seperti jepang,china,korea,singapore,arab saudi,dan (mungkin) indonesia. jadi apakah budaya dan tradisi di negara- negara ini merupakan budaya timur yang sering dieluh-eluhkan banyak kalangan?
kita ambil saja contohnya negara jepang, kita ketahui bersama kalau seks di jepang merupakan sebuah budaya yang sudah ada sejak jaman kerajaan dulu, mulai dari geisha, kanamara matsuri, hingga yang paling modern adalah festival seks dan JAV (japan adult video).

jadi apakah budaya seks adalah kultur timur yang sebenarnya? saya sendiri tidak tahu, namun bila dilihat dari faktanya dimana salah satu negara yang paling identik dengan timur, bahkan memiliki julukan negeri matahari terbit itu memiliki tradisi seperti ini tentunya ada kemungkinan budaya seks merupakan budaya asli ketimuran.
jika anda menolak mengidentikan timur dengan jepang atau negara di bagian asia timur lainnya, mari kita ambil contoh dari salah satu ikon ketimuran dari asia tengah yaitu arab saudi.
tahukah anda kalau kata alkohol berasal dari bahasa arab yaitu al-kuhl atau al-kuhul? yang berarti powder of antimony (maaf tapi saya juga ga tau bahasa indonesianya antimony,kalau ada yang tau bisa di comment please) yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia sebagai alkohol dan dicap sebagai budaya barat.

begitu banyak budaya timur yang disamarkan menjadi budaya barat oleh orang kita sendiri yang tidak paham cara menghargai budayanya.
bahkan tradisi berciuman di depan publik seperti yang orang-orang eropa lakukan sebenarnya juga telah ada di indonesia dari berabad-abad dulu, tepatnya di daerah sesetan, denpasar,bali.
tradisi ini dilakukan 2 hari setelah hari raya nyepi.
menurut sejarah, omed-omedan sudah ada dari jaman kerajaan bali kuno, namun bagi masyarakat indonesia kebanyakan tradisi seperti ini tentunya akan langsung dihakimi sebagai tradisi barat, namun lebih dari itu dalam sejarahnya omed-omedan dikatakan sebagai bagian upacara penolak hal-hal buruk, konon jaman dulu sebelum adanya budaya omed-omedan, kerajaan di denpasar sering mendapat musibah seperti penyakit dan lain-lain. suatu hari raja denpasar keluar berjalan-jalan di depan puri dan melihat sekelompok pemuda-pemudi sedang bermain tarik-tarikan atau dalam bahasa balinya  disebut "omed-omedan", seketika sang raja langsung merasa tubuhnya yang ringkih kembali menjadi segar. sejak saat itu sang raja pun menitahkan untuk setiap tahunnya mengadakan acara omed-omedan.
banyak yang berpikir budaya ini adalah budaya sesat yang tak punya aturan, namun sebenarnya omed-omedan memiliki begitu banyak aturan seperti :
  • hanya boleh dilakukan 1 kali seumur hidup (jadi jangan ngarep bisa menang banyak ya...)
  • hanya boleh dilakukan oleh pemuda-pemudi asli desa adat sesetan. jadi penduduk diluar desa sesetan ataupun pendatang yang tinggal di sesetan tidak bisa ikut. (segera batalkan tiket pesawat anda jika anda berencana ke bali cuma buat ikut omed-omedan :v )
  • sebisa mungkin pemuda-pemudi yang berpasangan di omed-omedan memang pasangannya sebenarnya (pacar atau tunangan)
  • hanya dilakukan oleh yang belum menikah (yang benar-benar belum pernah nikah, jadi duda/janda ga bisa ikut)
  • sehat jasmani rohani.
  • tiap pasangan hanya hanya melakukan omed-omedan beberapa detik, bahkan sepersekian detik bagi mereka yang bukan pasangan sebenarnya (jangan bayangkan bisa cipokan apalagi french kiss ya)
  • dilakukan dengan hati yang senang :)


jadi kembali timbul pertanyaan di diri saya, seberapa timurkah kita? menurut saya pribadi kita sudah cukup timur jika kita tetap menghargai budaya yang nenek moyang kita ciptakan. saling menghargai, itulah kuncinya...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar